Pages

Selasa, 25 Mei 2010

Tradisi Menari di Kepulauan Nauru Cegah Diabetes

Jakarta, Penyakit diabetes bisa diobati dan dicegah. Di Kepulauan Nauru kawasan Pasifik pun, tradisi menari dilakukan untuk mencegah diabetes. Bahkan pemerintah disana sudah mencanangkan program menari satu jam setiap harinya itu sebagai program wajib bagi masyarakat. Terbukti angka penderita diabetes disana menurun.

Penduduk di Nauru diketahui memiliki jumlah penderita diabetes yang cukup tinggi. Namun hebatnya, kawasan yang hanya memiliki luas 21 km persegi dan berpenduduk 13 juta orang itu berhasil menurunkan angka penderita diabetes dengan cukup drastis, yaitu sekitar 30 persen.

“Hanya dengan menari satu jam tiap harinya, masyarakat disana menjadi lebih sehat dan penderita diabetes pun berkurang, Itu artinya, kita pun bisa menerapkan kebiasaan kecil seperti itu, minimal di tingkat puskesmas yang paling kecil dulu,” ujar DR. dr Achmat Rudijanto, SpPD-KEMD selaku ketua Persatuan Diabetes Indonesia (PERSADIA) dalam acara seminar ‘Kendalikan Diabetes agar Kualitas Hidup Meningkat’ di Hotel Sahid Jaya, Jakarta, Senin (9/11/2009).

Menurut dokter endrokinolog yang juga staff pengajar di fakultas kedokteran Universitas Brawijaya itu, kunci dari mengendalikan dan mencegah diabetes hanyalah dengan menerapkan pola hidup sehat. “Pola hidup sehat artinya makan jangan berlebih, orang gemuk harus dibatasi makannya, perbanyak olahraga dan konsumsi sayur buah,” jelas Achmat.

Menari, adalah satu bentuk kebiasaan kecil di Naoru yang sudah diwajibkan dan ternyata membawa manfaat. Sebenarnya, Indonesia pun sudah memiliki satu kebiasaan khusus untuk menangani masalah diabetes. Bahkan Indonesia adalah satu-satunya negara yang punya ciri khas tersebut.

“Trade mark Indonesia adalah senam diabetes. Satu-satunya negara yang punya senam ini hanyalah Indonesia. Tapi sayangnya jarang sekali orang yang melakukan senam ini dengan rutin,” tutur Dr Roy Panusunan Sibarani, SpPD-KEMD, seorang endrokinolog yang saat ini bertugas di Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk, Jakarta.

Dalam acara yang digelar untuk memperingati Hari Diabetes Sedunia pada tanggal 14 November nanti, juga diluncurkan sebuah program Diabetes Educenter, yaitu pusat edukasi bagi penderita diabetes dan masyarakat untuk lebih mengenal dan paham tentang penyakit diabetes.

“Di sana pasien dan masyarakat bisa berkomunikasi langsung dengan para dokter dan edukator, memperoleh buku panduan dan menyaksikan tayangan mengenai diabetes,” ujar Roy. Program yang merupakan kerjasama antara Rumah Sakit Pantai Indah Kapuk dengan perusahaan farmasi Sanofi-Aventis ini diharapkan mampu memberi informasi pada masyarakat tentang bahaya penyakit diabetes sehingga lebih peduli pada kesehatannya.

Hari Diabetes Sedunia juga diperingati untuk mengenang Frederick Grant Banting, penemu insulin yang berasal dari Kanada. Saat ini, jumlah penderita diabetes di dunia berjumlah sekitar 250 juta, dan jumlah ini diperkirakan akan terus meningkat jika masyarakat tidak diberi kesadaran sejak dini. Bahkan pada tahun 2025, jumlahnya bisa mencapai 380 juta.

Untuk itu, Achmat dan Roy sangat mendukung program-program edukasi yang berbasis diabetes untuk masyarakat. Tak hanya program Diabetes Educenter, Achmat juga sangat mendukung program pemerintah dalam membangun trotoar dan jalanan.

“Andaikan nggak ada trotoar, orang nggak akan jalan. Padahal jalan kaki 30 menit tiap harinya bisa mencegah diabetes. Jadi kalau ada program membuat jalan atau trotoar yang dicanangkan pemerintah, saya sangat setuju karena dengan begitu lahan untuk berjalan kaki akan lebih banyak,” tutur Achmat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar